Senin, 18 November 2019

Pakaian adat bali

Pakaian Adat Bali Sebagai Identitas Budaya

Sebagai pakaian terkenal yang unik di nusantara, pakaian adat Bali memiliki ciri khas tersendiri yang membedakan pakaian ini dengan pakaian adat lainnya.
Ciri khas ini terletak pada bentuk fisik maupun tradisi memakainya. Sebagai pakaian adat yang bervariasi dan membuat orang lain tertarik untuk melihatnya, maka akan dideskripsikan ciri khas pakaian adat Bali berikut ini:

Ciri Khas Pakaian Adat Bali Sebagai Identitas Budaya

pakaian adat bali
Pakaian adat Bali memiliki ciri khas pakaian yang unik dan menjiwai karakter budaya lokal Bali itu sendiri. Pakaian yang digunakan antara pria dan wanita berbeda, mulai dari bahan-bahan, model/bentuk, dan aksesoris sebagai pelengkap pakaian tersebut.
Bila anda  amati masyarakat Bali, pakaian adat maupun aksesorisnya tidak hanya digunakan pada saat-saat tertentu saja, tetapi sudah menjadi tradisi untuk menggunakannya dalam keseharian.
Jika anda pergi ke Bali pada tempat-tempat tertentu, anda akan melihat banyak warga yang berpakaian adat sedikit terbuka walaupun mereka sedang tidak mengikuti acara. Ini menunjukkan bahwa pakaian khas Bali sudah menyatu dengan aktivitas kehidupan masyarakat.
Namun tidak hanya berpakaian sedikit terbuka, anda juga dapat menemuinya dengan baju yang tertutup dan merupakan salah satu jenis pakaian adat Bali.

Jenis Pakaian Adat Jawa

Pakaian adat Jawa memiliki beberapa macam karena Pulau Jawa terbagi menjadi 3 provinsi seperti Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat. Nah untuk itu berikut beberapa pakaian Adat Jawa yang sudah banyak dikenal oleh masyarakat Indonesia:

1. Kebaya

pakaian adat jawa
Berbicara tentang pakaian adat Jawa, hal pertama yang terlintas adalah kebaya. Kebaya adalah jenis blus, tunik, atau atasan tradisional yang dikenakan khusus oleh kaum perempuan.
Biasanya dibuat dengan bahan tipis yang dipadukan dengan kain batik, sarung, atau songket. Nama kebaya sendiri berasal dari Bahasa Arab, abaya yang memiliki arti pakaian.
Ada sumber yang menyebutkan bahwa kebaya dibawa dari Tiongkok dan mengalami akulturasi budaya sesampainya di tanah Jawa. Pada masa itu, kebaya adalah salah satu simbol aristrokasi perempuan bangsawan yang membedakan mereka dengan rakyat jelata.
Rafles menuliskan bahwa jenis kebaya berbahan sutra, brokat, atau beludru dengan bukaan yang disatukan dengan bros di depan dada sudah ada pada 1817.
Seiring berjalannya waktu, kebaya tak pernah kehilangan peminat. Dapat dikatakan, kebaya adalah saksi dari perkembangan Indonesia sejak zaman kerajaan-kerajaan Nusantara hingga sekarang.

Pakaian adat jambi

PAKAIAN ADAT JAMBI:





Busana Tradisional Melayu Jambi
Suku Melayu Jambi adalah sebutan bagi orang-orang Melayu yang mendiami daerah sepanjang sungai Batang Hari, propinsi Jambi.
Dalam berbusana kaum wanita sehari-hari pada awalnya hanya dikenal dengan kain dan baju tanpa lengan.
Sedangkan kaum prianya mengenakan celana setengah ruas yang melebar pada bagian betisnya dan umumnya berwarna hitam, sehingga lebih leluasa geraknya dalam melakukan kegiatan seharihari. Pakaian untuk pria ini dilengkapi dengan kopiah sebagai penutup kepala.
Pada perkembangan berikutnya dikenal adanya pakaian adat. Pakaian adat ini lebih mewah daripada pakaian sehari-hari yang dihiasi dengan sulaman benang emas dan pemakaian perhiasan sebagai pelengkapnya.
a. Pakaian Adat Pria 
Laki-laki suku Melayu Jambi dalam berpakaian adat mengenakan lacak di kepalanya.Lacak ini terbuat dari: kain beludru warna merah yang diberi kertas tebal di dalammnya agar menjadikannya keras. Tutup kepala ini memiliki dua bagian yang menjulang tinggi, dengan julangan yang lebih tinggi pada bagian depannya.
Sebagai hiasan terdapat lukisan flora dari daun, tangkai clan bunga yang akan mekar. Bagian pinggir sebelah kanan diberi lukisan tali runci, yang diimbangi oleh penempatan bungo runci di sebelah kiri. Bungo runci ini berwarna putih dirangkai dengan benang, dapat berupa bunga asli atau tiruannya. Bajunya disebut baju kurung tanggung berlengan panjang. Disebut tanggung karena panjangnya hanya sedikit di bawah siku tidak sampai ke pergelangan tangan.
Hal ini mengandung makna seseorang harus tangkas clan cekatan dalam mengerjakan sesuatu pekerjaan. Bahannya terbuat dari beludru warna merah diberi sulaman benang emas. Bagian tengahnya terdapat motif kembang bertabur atau kembang tagapo dan kembang melati, sedang bagian pinggirnya bermotifkan kembang berangkai atau pucuk rebung. Penutup bagian bawah disebut cangge (celana).
Bahannya masih dari beludru yang dilengkapi dengan tali sebagai ikat pinggang. Sudah menjadi kebiasaan di daerah Jambi mengenakan kain sarung songket yang dililitkan di pinggul. Tutup dadanya disebut teratai dada, karena bentuknya seperti bunga teratai dipasang melingkar leher sehingga menyerupai kerah. Kedua tangan dihiasi gelang kilat bahu terbuat dari logam celupan berlukiskan naga kuning.
Lukisan naga ini mengandung makna bila seseorang telah diberi kekuasaan janganlah diganggu. Dikenakan pula selempang yang menyilang badan terbuat dari songket warna merah keungu-unguan sebagai pasangan kain sarung dengan motif bunga berangkai clan beranting. Bagian pinggangnya dihiasi dengan selendang tipis warna merah jambu yang pada ujung ujungnya diberi umbai-umbai warna kuning.
Untuk memperkuat bagian pinggang ini digunakan pending berupa rantai dengan sabuk sebagai kepala terbuat dari logam. Kelengkapan lainnya adalah keris clan selop. Biasanya diselipkan di perut menyerong ke kanan melambangkan kebesaran sekaligus untuk berjaga-jaga. Sedangkan selop atau alas kaki yang berbentuk setengah sepatu berfungsi untuk melindungi kaki saat berjaalan.
b. Pakaian Adat Wanita 
Busana untuk perempuan terdiri dari kain sarung songket 
dan selendang songket warna merah. Bajunya disebut baju kurung tanggung bersulam benang emas dengan motif hiasan bunga melati, kembang tagapo, dan pucuk rebung.
Tutup kepalanya disebut pesangkon yang terbuat dari kain beludru merah dengan bagian dalam diberi kertas karton agar keras.
Ada juga yang menyebut duri pandan karena pada bagian depan tutup kepala ini diberi hiasan dari logam berwarna kuning berbentuk duri pandan. Untuk lebih memperindah diberi sulaman emas dengan motif bunga melati pecah.
Kelengkapan busana perempuan lebih banyak dibandingkan dengan yang dikenakan oleh pria. Pada perempuan dikenakan anting-anting atau antan dengan motif kupu-kupu atau gelang banjar. Kalungnya terdiri dari tiga jenis, yaitu kalung tapak, kalung jayo atau kalung bertingkat dan kalung rantai sembilan. Pada jari-jarinya terpasang cincin pacat kenyang dan cincin kijang atau capung.
Jumlah gelang yang dipakai pun lebih banyak meliputi gelang kilat bahu masing-masing lengan dua buah. Masih ditambah dengan gelang kano, gelang ceper dan gelang buku beban. Kesemuanya di pasang di lengan. Khusus untuk gelang buku beban bahannya berasal dari permata putih. Sementara untuk kaki dikenakan gelang nago betapo dan gelang ular melingkar. Disebut demikian karena bentuknya yang menyerupai naga dalam dongeng sedang tidur clan ular yang melingkar membentuk bulatan.
Sedangkan unsur-unsur kelengkapan yang lain seperti teratai dada (tutup dada), pending dan sabuk (ikat pinggang), selendang, dan selop hampir sama dengan yang dikenakan pria. Bedanya bentuk motif yang lebih besar pada teratai dada dan pending.
c. Pakaian Baselang
Acara pada adat suku jambi dibedakan menjadi dua, kecil dan besar. Pembedaan ini mempengaruhi pada variasi pakaian yang dikenakan, khususnya yang dikenakan para gadis. Jika acaranya kecil maka pakaian yang dikenakan berfungsi gandasebagai pakaian upacara maupun bekerja.
Kelengkapannya dengan sarung warna merah yang dipakai sedikit di bawah lutut (tanggung) dan baju kurung berlengan tanggung yang letaknya di luar kain, -selendang warna merah dililitkan di kepala serta membawa perlengkapan lain seperti ani-ani 
dan kiding (tempat padi).
Pada acara besar pakaian dibedakan untuk upacara dan bekerja. Dalam rangkaian upacara tersebut terdapat hiburan sehingga pakaian yang dikenakan pun lebih bagus.
Selendang songket yang dikenakan sebagai penutup kepala diberi sulaman benang emas dan umbai-umbai di ujungnya

Pakaian Keseharian Betawi

Pakaian Keseharian Pria

pakaian keseharian pria betwai
Pakaian keseharian adalah pakaian yang sering atau biasa dipakai oleh masyarakat Betawi dalam kehidupan sehari – hari. Pada pakaian keseharian pria ini, pakaian adatnya terdiri atas baju koko atau sebutan lainnya adalah sadariah, celana komprang dengan ukuran tanggung, kemudian menggunakan sarung yang digulung lalu diikatkan pada bagian pinggangnya, memakai sabuk hijau, dan peci yang berwarna merah.
Di bawah ini adalah penjelasan singkat mengenai masing-masing pakaian keseharian pria Betawi pada umumnya.
  • Pakaian Adat Betawi seperti Baju Koko (Sadariah)

Pakaian Adat Betawi seperti Baju Koko
Baju koko Betawi memiliki nama sendiri yang cukup familiar yaitu sadariah. Sadariah sendiri mempunyai model yang hampir sama dengan baju koko pada umumnya yang beredar di pasaran. Yang membedakan di antara keduanya sangatlah sedikit yaitu pada sadariah tidak terdapat motif. Sadariah yang merupakan pakaian adat dari betawi ini tidak memiliki beberapa campuran warna. Karen ahanya memiliki satu pilihan warna saja dan kesannya polos. Baju sadariah ini hanya diperuntukkan bagi pria betawi yang sudah atau sering dipanggil dengan sebutan abang.
  • Pakaian Adat berupa Celana dari Batik

Celana dari kain batik ini merupakan celana kolor atau celana yang memiliki karet di bagian pinggangnya. Celana kolor merupakan atribut kedua dalam pakaian adat betawi untuk keseharian para pria. Bentuk dari celana ini adalah panjang yang hanya sampai pada bagian bawah lutut saja (tanggung) dan motifnya dari batik yang tidak terlalu ramai. Warna – warna kain yang biasanya digunakan dalam membuat celana kolor khas pria Betawi ini adalah warna hitam, putih, dan juga cokelat.
  • Selendang atau sorban

Selendang
Selendang atau sorban merupakan atribut ketiga dalam pakaian keseharian pria betawi. Selendang khusus pria betawi ini juga sering disebut dengan istilah sarung atau sorban. Akan tetapi, sorban tersebut bukanlah sorban yang biasanya dipakai di bagian kepala. Namun, cara pakainya yaitu kain dilipat kemudian diletakkan pada pundak atau dikalungkan di bagian leher pria betawi.
  • Aksesoris Pakaian adat berupa Peci atau Kopya

Hampir sama dengan penutup kepala yang berwarna hitam yang sering dipakai oleh orang – orang beragama Islam untuk beribadah atau menjalankan ibadah sholat di Indonesia. Sementara itu, di betawi peci atau yang sering juga disebut kopyah biasanya dipakai oleh para pria untuk keseharian mereka.
Peci atau kopyah orang betawi biasanya memang berwarna hitam, akan tetapi ada juga yang berwarna merah atau terbuat dari bahan beludru.

Pakaian Keseharian Wanita

Untuk pakaian keseharian wanita, orang-orang Betawi menggunakan pakaian yang terdiri dari baju kurung yang berwarna mencolok atau terang, kemudian menggunakan selendang yang sama dengan baju kurung, bawahannya menggunakan kain batik yang bermotif geometris, dan ditambah kerudung yang fungsinya untuk menutup kepala. Berikut ini adalah penjelasan mengenai atribut – atribut dalam pakaian adat keseharian wanita suku betawi yang dapat kamu simak.
  • Pakaian Adat Betawi Baju Kurung

Pakaian Adat Betawi Baju Kurung
Baju kurung merupakan salah satu atribut pertama bagian dari pakaian adat keseharian wanita suku betawi. Biasanya baju kurung ini memiliki lengan yang pendek. Warna kain yang digunakan untuk membuat baju kurung ini dengan pilihan warna-warna yang terang dan juga mencolok. Meskipun saat ini banyak para desainer yang mengikuti perkembangan jaman dengan menggunakan berbagai macam warna dalam membuat baju kurung. Banyak orang juga menambahkan saku untuk memudahkan menyimpan sesuatu yang kecil di bagian depan baju.
  • Kain Sarung Motif Batik

Kain Sarung Motif Batik
Atribut selanjutnya adalah yang sering disebut dengan nama kain sarung batik. Biasanya kain sarung ini dipakai untuk menutup tubuh yang bagian paling bawah, juga bisa digunakan untuk menutup kepala. Warna-warna yang digunakan dalam kain sarung batik ini adalah warna – warna yang cerah dan pastinya memiliki motif geometri. Kadang warna sarung yang dipakai biasanya akan disesuaikan dengan baju kurung yang sedang seseorang pakai.
  • Pakaian Adat Berupa Kerudung

Pakaian Adat Berupa Kerudung
Selain memakai kain sarung batik, para wanita betawi juga menggunakan kerudung untuk menutup kepala mereka. Kerudung yang digunakan itu menyerupai kain selendang yang dipakai perempuan dan biasanya perempuan – perempuan muda yang sering memakainya. Cara memakai kerudung ini sangat mudah yaitu hanya dengan diletakkan di kepala tanpa mengaitkan sisi – sisinya dengan menggunakan peniti. Bila kamu ingin melihat cara memakainya maka kamu bisa melihatnya ketika ada kontes abang dan none yang sering di adakan di Jakarta. Warna yang dipakai untuk kerudung ini juga biasanya disesuaikan dengan warna baju kurung yang akan dikenakan.
  1. Pakaian Adat Betawi Resmi (untuk Bangsawan)

Pakaian Adat Betawi Resmi
Pakaian adat ini dahulunya merupakan pakaian adat yang resmi dan yang hanya dipakai oleh para demang. Akan tetapi, saat ini pakaian tersebut sekarang bernama baju ujung serong yang telah resmi dipakai oleh para PNS dan dijadikan pakaian resmi PEMDA DKI Jakarta. Mereka memakai pakaian resmi tersebut hanya dihari-hari tertentu saja. Pakaian Ujung serong ini terdiri dari beberapa pakaian juga yaitu sebagai dalamannya adalah kemeja putih, batik geometris yang dipakai di pinggang sebatas lutut, jas tutup yang berwarna gelap, serta celana pantolan yang warnanya seirama dengan warna jasnya.
Selain itu juga menggunakan aksesoris pelengkap yang sering digunakan yaitu kopiah atau tutp kepala, pisau raut atau senjata yang menyerupai badik yang diselipkan di bagian pinggang, jam rantai untuk hiasan di sakunya, kuku macan, serta sepatu pantopel sebagai alas kakinya. Itu adalah ulasan mengenai baju ujung serong yang di pakai oleh para bangsawan Betawi Pria. Sementara untuk wanita, jenis bajunya sama dengan baju yang dipakai keseharian yaitu baju kurungm selendang, kerudung, kain batik, dan ditambah oleh beberapa aksesoris atau perhiasan dari emas, yaitu kalung, gelang, giwang, dan cincin.

Pakaian Pengantin Adat Betawi

Pakaian Pengantin Adat Betawi
  • Pakaian Pengantin Pria

Orang Betawi yang masih memegang teguh adat budaya hingga sampai saat ini, pasti dalam setiap upacara pernikahan mereka masih menggunakan pakaian khusus pengantin adat Betawi. Pakaian adat tersebut merupakan salah satu bentuk akulturasi beberapa kebudayaan yang nyata, antara lain, kebudayaan Tionghoa, Kebudayaan Arab, dan Kebudayaan Melayu.
Untuk pengantin pria, biasanya menggunakan pakaian adat Betawi seperti dandanan care haji. Dandanan Care Haji maksutnya adalah berupa jubah besar dengan warna yang cerah (biasanya menggunakan warna merah) dan menggunakan perhiasan benang berwarna keemasan, celananya panjang berwarna putih, di dalam jas (bagian dada) memakai selendang, serta memakai topi khusus dari sorban yang fungsinya sebagai penutup kepala. Sehingga dengan penggunaan model pakaian ala dandanan care haji tersebut, dapat kita lihat bahwa nilai-nilai budaya Arab sangat kental di dalamnya.
  • Pakaian Pengantin Wanita

Baju pengantin wanita khas Betawi ini memiliki nama dandanan care none pengantin cine. Sangat berbeda dengan pakaian yang dikenakan oleh pengantin pria yang kental dengan budaya Arab, pakaian penganti wanitanya justru sarat akan nilai-nilai budaya Tionghoa. Baju pengantin wanita adat betawi ini terdiri dari blus yang berwarna cerah dan bahannya dari kain satin, rok berwarna gelap (rok kun), serta hiasan kepala semacam kembang goyang yang bermotif burung hong.
Selain itu, pada bagian kepalanya terdapat hiasan sanggul palsu yang lengkap dengan cadar di bagian wajahnya. Selain itu ada juga hiasan bunga melati yang diikatkan pada sisir atau ronje yang dipakai dengan hiasan lain seprti gelang listring, kalung lebar, manik-manik untuk menghias dada, dan alas kakinya adalah sandal selop yang modelnya seperti perahu.
Selain pakaian adat, masih banyak sekali kebudayaan-kebudayaan betawi yang juga bisa kamu pelajari seperti ondel-ondel misalnya. Ondel-ondel merupakan ikon kota Jakarta dan merupakan salah satu jenis kesenian dalam bentuk pertunjukkan yang di tampilkan dalam pesta-pesta rakyat atau masyarakat betawi pada umumnya. Ondel-ondel ini biasanya berupa boneka yang sangat besar dan tingginya kira-kira mencapai 2,5 meter dengan diameter sekitar 80 cm. Boneka ondel-ondel terbuat dari anyaman bambu. Anayaman bambu tersebut telah dipersiapkan sedemikian rupa sehingga ketika dipikul dari dalam sangat mudah. Wajahnya berupa topeng dengan rambut di kepalanya yang terbuat dari ijuk kelapa. Biasanya wajah dari ondel-ondel ini adalah laki-laki dan di cat dengan menggunakan cat yang berwarna merah serta memakai pakaian dengan warna yang gelap. Sementara untuk yang wanita, wajahnya dicat menggunakan cat yang berwarna putih dan memkaia pakaian yang berwarna terang.
Selain ondel-ondel, budaya betawi juga tak lepas dari pengaruh bahasa yang kental di dalamnya. Bahasa yang digunakan oleh masyarakat betawi adalah bahasa melayu yang ditambah dengan unsur-unsur bahasa lain seperti bahasa sunda, bahasa cina, bahasa bali, bahasa arab, dan juga berbagai bahasa dari Eropa terutama portugis dan belanda. Bahasa yang ada di Betawi ini berkembang secara alami sehingga tidak ada struktur baku yang jelas untuk membedakannya dengan bahasa Melayu. Meskipun juga ada unsur linguistik yang dipakai sebagai ciri khasnya.
Di Betawi juga ada seni Budaya Tari yaitu beberapa tari tradisional yang menjadi khas daerah tersebut. Beberapa Tarian daerah yang ada di betawi adalah tari topeng betawi, tari yapong, tari cokek, tari lenggang nyai, dan tari japin. Yang pertama adalah tari topeng betawi merupakan paduan beberapa aspek seperti aspek tari, aspek musik, dan aspek teater. Biasanya tari topeng ini dipentaskan untuk memeriahkan sebuah pesta-pesta penting seperti pernikahan dan khitanan. Yang kedua adalah tari yapong merupakan sebuah tarian yang menggambarkan kegembiraan dengan gerakan yang dinamis dan juga erotis. Yang ketiga adalah tari cokek, merupakan suatu tari klasik khas betawi yang sangat kental dengan budaya etnik cina. Yang keempat adalah tari lenggang nyai, merupakan tarian yang menggambarkan seseorang berhasil keluar dari pernikahan yang merenggut kebebasannya. Dan yang terakhir adalah tari Japin, merupakan sebuah tarian hasil adaptasi dari tari Zapin yang dipengaruhi oleh kebudayaan arab dan melayu.
Bagi yang menyukai atau pecinta alat musik tradisional, maka di betawi ini juga memiliki alat musik tradisional yang khas. Alat-alat musik tersbeut seperti tanjidor, marawis, keroncong, dan gambus. Selain itu, terdapat juga makanan khas betawi seperti asinan betawi, soto betawi, ayam sampyok, sayur babanci, soto tangkar, bandeng pesmol, nasi ulam, dan juga nasi kebuli.

Pakaian Adat lampung

Pakaian Adat Lampung untuk Laki-laki

Pakaian adat Provinsi Lampung
Pakaian adat Provinsi Lampung
Pakaian atau baju adat laki-laki suku Lampung pada umumnya terkesan sederhana, yaitu berupa lengan panjang dengan warna putih, celana panjang hitam. sarung tumpal, sesapuran dan khika akhir. Meskipun sederhana namun akan semakin menambah efek karismatik bagi siapapun pria yang menggunakannya.
Mengenai penjelasan tentang Sarung Tumpal yaitu sebuah kain sarung khas dari Lampung yang ditenun dengan menggunakan benang emas. Sarung ini digunakan di luar celana, panjangnya mulai dari lutut hingga sampai ke pinggang.
Selain sarung, adalah khikat akhir atau selendang bujur sangkar yang dipakai dengan melingkarkan ke pundak menutupi bahu. Pakaian adat untuk pengantin laki-laki suku Lampung dilengkapi beragam aksesoris atau pernik perhiasan. Setidaknya ada 8 perhiasan yang biasa dipakai oleh pengantin laki-laki.
Pernik-pernik perhiasan tersebut antara lain seperti kopiah emas berujim perhiasan leher berupa kalung, perhiasan pinggang, perhiasan dada, serta perhiasan lengan. Agar lebih jelas mengenai perhisan tersebut yang merupakan bagian dari pakaian adat Lampung, di sini kami berikan penjelasannya secara rinci beserta makna filosofisnya:

Aksesoris Pakaian Adat laki-laki Lampung

Aksesoris Pakaian Adat Lampung
Aksesoris Pakaian Adat Lampung

Kalung Papan Jajar

Yaitu kalung dengan gantungan berwujud 3 lempengan siger kecil atau perahu yang disusun dengan ukuran yang berbeda. Makna filosofis dari kalung ini yaitu merupakan simbol kehidupan baru yang akan mereka jalani serta dilanjutkan secara turun temurun ke anak cucu.

Kalung Buah Jukum

Yaitu sebuah kalung dengan gantungan berwujud rangkaian miniatur berupa buah jukum sebagai simbol do’a agar mereka segera mendapat keturunan.

Selempeng Pinang

Yaitu kalung panjang yang berupa gantungan menyerupai buah atau seperti bunga.

Ikat Pinggang

Ikat pinggang yang diberi nama bulu serta dilengkapi dengan akesesoris berupa sebuah terapang (keris) yang merupakan senjata tradisional khas daerah Lampung.

Gelang Burung

Yakni Gelang berbentuk pipih yang dilengkapi dengan aksesoris dengan bentuk burung garuda terbang. Gelang yang dipakai di lengan tangan kanan dan kiri ini. mengandung makna filosofis kehidupan yang panjang dan kekerabatan yang terjalin seusai menikah.  

Gelang Kano

Yakni gelang yang bentuknya mirip dengan bentuk ban. Gelang ini dipakai pada lengan kiri dan kanan di bawah gelang burung. Gelang ini melambangkan pembatasan atas semua perbuatan buruk usai menikah.

Gelang Bibit

Yaitu sebuah gelang yang dipakai di bawah gelang Kano. Gelang ini melambangkan do’a dengan makna hampir sama atau bahkan sama dengan kalung buah jukum yaitu agar segera mendapat keturunan.

Pakaian Adat Lampung untuk Wanita

Pakaian Adat Lampung untuk pengantin wanita tidak begitu berbeda dengan pakaian laki-lakinya. Sesapuran, khikat akhir, sarung rumpai (tapis) juga terdapat pada pakaian pengantin wanita ini. Akan tetapi, pada wanita ada aksesoris lain yang menambah nilai filosofis dan estetis di antaranya selappai, bebe, katu tapis dewa sano.
Selappai adalah sebuah baju tanpa lengan dengan tepi bagian bawah berhias rumbai ringgit Bebe adalah sulaman benang satin yang berbentuk bunga teratai mengambang. Sedangkan katu tapis dewa sano adalah rumpai ringit dari kain tapis jung jarat.
Meski pakaian adat Lampung untuk wanita terkesan sederhana, akan tetapi ada cukup banyak aksesoris yang mesti dikenakan. Diantaranya adalah siger, seraja bulan, peneken, selapai siger, subang, kembang rambut, serta berbagai perhiasan leher dan dada.

Aksesoris Pakaian Adat Wanita Lampung

Siger

Siger yaitu mahkota emas khas yang dipakai pada kepala pengantin wanita. Mahkota ini melambangkan keagungan adat budaya Lampung. Siger memiliki sembilan ruji, menandakan bahwa ada sembilan sungai besar yang terdapat di Lampung, yaitu Way Semangka, Way Sekampung, Way Seputih, Way Sunkai, Way Abung Pareng, Way Tulang Bawang, Way Kanan, dan Way Mesuji.

Seraja Bulan

Seraja bulan merupakan mahkota kecil beruji tiga yang terletak di atas siger dengan jumlah sebanyak lima buah. Aksesoris pakaian adat Lampung ini mempunyai filosofi sebagai pengingat bahwa pada jaman dahulu ada 5 kerajaan yang sempat berkuasa di Lampung, yaitu kerajaan ratu dibelalau, ratu dipuncak, ratu dipunggung, ratu dipemangilan, dan ratu darah putih.
Selain itu, seraja bulan juga bisa melambangkan lima falsafah hidup masyarakat adat Lampung, di antaranya piil pesengiri (rasa harga diri), nemui nyimah (terbuka tangan), nengah nyappur (hidup bermasyarakat), juluk adek (bernama bergelar), dan sakai sembayan (gotong royong).

Subang

Subang ialah perhiasan yang digantungkan di ujung daun telinga. Subang pada ulmumlnya berbentuk menyerupai buah kenari dan terbuat dari bahan emas. Pada subang ada beberapa kawat kuning bulat lonjong yang berfungsi sebagai sangkuatan umbai-umbai.

Perhiasan Leher dan Dada

Beberapa perhiasan leher dan dada yang terdapat pada pakaian adat Lampung antara lain: kalung buah jukum, kalung ringit, dan kalung papanjajar. Kalung papanjajar adalah kalung dengan gantungan tiga lempengan siger kecil atau perahu yang bermakna filosofis sebagai simbol kehidupan baru bagi para pengantin.
Kalung ringit adalah kalung dengan aksesoris 9 buah uang ringit, sedangkan kalung buah jukum adalah kalung yang berbentuk menyerupai buah jukum yang dirangkai sebagai simbol agar mereka segera mendapat keturunan.

Perhiasan Pinggang dan Lengan

Perhiasan pinggang berwujud selempang pinang yang digantungkan melintang dari bahu ke pinggang mirip bunga serta bulu serti sebuah ikat pinggang yang terbuat dari kain beludru dengan warna merah berhiaskan kelopak bunga dari kuningan.
Untuk perhiasan lengan berupa beraneka jenis gelang, seperti gelang burung, gelang kano, gelang bibit, dan gelang duri. Makna filosofis dari gelang-gelang yang dipakai wanita sama dengan gelang yang dipakai pria.